Jumat, 20 Januari 2012

Pertumbuhan TI Indonesia Paling Stabil di ASEAN


JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah ketidakpastian pasar dan krisis finasial global, ada prediksi yang memberi angin segar untuk perekonomian Indonesia di 2012 ini. Lembaga riset International Data Corporation (IDC) Indonesia memprediksi, pertumbuhan sektor teknologi informasi (TI) di Indonesia akan meningkat dan jadi yang paling stabil dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.

Sudev Bangah, Senior Research Manager IDC Asia Pasific, memprediksi, anggaran belanja sektor TI di Indonesia mencapai 12,9 miliar Dollar AS atau sekitar Rp 118,3 triliun. Nilai tersebut naik 18% dari tahun 2011 lalu.

Menurut IDC, Indonesia akan menjadi pasar kunci di Asia Tenggara. Vendor-vendor elektronik akan memfokuskan perhatiannya pada Indonesia, dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN.

"Indonesia akan bergerak ke fase transformatif di mana sektor TI bisa memainkan peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat," kata Bangah, saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (18/1/2012).

Menurut para analis IDC, sektor TI Indonesia akan berkembang pada layanan data center, service, social media, komputasi awan, dan perangkat mobile.

IDC juga memprediksi akan ada transisi penggunaan feature phone menuju smartphone. Kebutuhan konektivitas internet untuk mengakses sosial media dan konten lokal, mendorong terjadinya ledakan mobile broadband.

Karena itulah, lanjut Bangah, pembangunan infrastruktur TI di Indonesia harus dipercepat untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut.
Contohnya adalah infrastruktur jaringan 3G. Konsumen smartphone di tanah air terus meningkat, namun layanan jaringan 3G di daerah-daerah belum merata.
Selama ini, kota-kota besar sajalah yang bisa menikmati jaringan 3G. Sementara daerah lainnya hanya mendapat jaringan 2G.

Sumber: Tekno kompas

Aditya Panji | Reza Wahyudi | Jumat, 20 Januari 2012 | 09:43

Antisipasi Bencana, Bank Dunia Lengkapi Data Google Map




KOMPAS.com - Bank Dunia menggandeng Google dalam pembuatan peta global untuk membantu mengawasi pelayanan publik yang lebih baik dan meningkatkan upaya respon terhadap bencana-bencana yang terjadi di seluruh belahan dunia.

"Kolaborasi baru kami dengan `Google Map Maker` mewakili kesempatan yang belum ada sebelumnya untuk memanfaatkan salah satu teknologi pemetaan yang paling rumit," kata Sanjay Pradhan, Wakil Presiden Institut Bank Dunia pada (19/1/2012).

Menurut Sanjay Pradhan, kemampuan program pembuatan peta global untuk mengumpulkan informasi dari masyarakat, seperti data sekolah dan rumah sakit akan menciptakan baik transparansi maupun akuntabilitas.
Kerja sama Bank Dunia dan Google akan meningkatkan kemampuan dari berbagai negara berkembang untuk mengakses perangkat pemetaan komunitas berbasis jaringan dunia maya.

Hal tersebut juga berguna karena sebagian besar negara berkembang tidak memiliki data lokal dasar antara lain terkait lokasi dari sekolah, rumah sakit, atau titik air bersih.

Meskipun data tersebut ternyata dimiliki oleh negara-negara tersebut, data yang dimiliki kerap merupakan data yang "out of date" atau tidak berlaku lagi atau tidak benar.

Salah satu cara untuk mengumpulkan informasi tersebut adalah dengan bertanya secara langsung kepada para warga dan mengumpulkan dari khayalak lokasi tentang infrastruktur publik.

Berdasarkan kerja sama tersebut, Google akan menyediakan bagi Bank Dunia dan organisasi mitranya, termasuk berbagai pemerintahan dan sejumlah badan PBB, dengan akses kepada "Google Map Maker" yang menggarisbawahi data geospasial yang meliputi peta terperinci lebih dari 150 negara.

Melalui perangkat tersebut, warga dapat berpartisipasi secara langsung dalam penciptaan peta dengan berkontribusi melalui pemahaman lokal mereka, dan penambahan yang mereka lakukan akan tercantum di dalam program Google Maps dan Google Earth.

Peta tersebut mencakup lokasi seperti sekolah, rumah sakit, jalan, dan titik air yang penting diketahui di masa-masa krisis serta akan membantu LSM, peneliti, dan masing-masing warga negara untuk mengidentifikasi daerah yang membutuhkan pertolongan.

"Komunitas global pengguna Google telah sukarela meluangkan waktu mereka untuk memperbaiki peta tersebut dan membuatnya lebih komprehensif serta memastikan bahwa mereka tetap akurat sebagaimana dunia terus mengalami perubahan," kata Shona Brown, Wakil Presiden Senior Google.org.

Shona Brown juga mengatakan, hal tersebut penting khususnya di lokasi rentan bencana untuk melakukan persiapan dan pemulihan terhadap bencana sebagaimana membantu warga dan pemerintahan untuk mempersiapkan rencana respons gawat darurat dan bertindak efektif saat krisis terjadi.
Sumber :
ANT